Kamis, 28 Mei 2009

Suatu kali seorang teman bertanyakepada saya:“ ada 2 pilihan untukmu.1.Menikah dengan orang yang kaucintai2.mencintai orang yang kau nikahiMana yang kau pilih?”Saat itu spontan saya memilih yangkedua: mencintai orang yang saya nikahi (menikahi saya).“Kenapa?”Hhm… iya ya, kenapa?Sebab jodoh adalah hal yang pasti,meski masih menjadi misteri bagi orang-orang yang belum menemukannya.Sedangkan mencintai adalah hal yang berbeda. Mencintai seseorang saatbelum ada hak atasnya, bagaikan menggenggam bara. Jika Allah berkenanmenjadikannya pendamping seumur hidup, maka bara itu akan menjelmamenjadi energi untuk meciptakan kebersamaan yang indah. Tetapi, jikaAllah tidak berkenan mempersatukan, bara itu akan membakar, dan bisajadi menghanguskan diri sendiri.Lebih dari itu, pilihan kedua rasanyalebih aman dari berbagai penyakit hati, yang bisa jadi mengotori niatsuci menikah karena Allah.Itu jawaban saya saat itu. Tetapi,beberapa jenak setelah itu, saya termenung, mencoba berfikir lebihdalam dan menyelami jauh ke dalam lubuk hati. Lalu, saya punmeneruskan pertanyaan itu ke temen saya yang lain.Dan dia menjawabnya sama dengan jawabansaya.Tetapi, saya ragu atas jawaban itu,benarkah begitu?Pilihan pertama, menikah dengan orangyang saya cintai, mengalirkan energi dan semangat untuk meraihsesuatu yang menjadi dambaan hati. Dan tentu adalah hal yang sangatmenyenangkan bisa berdampingan dengan orang yang dicintai, tidak ragumengumumkannya kepada public, tidak malu mengekspresikannya, sebabcinta itu sudah dilegalkan.Pilihan kedua, mencintai orang yangsaya nikahi, hhmm… pasrah, menerima nasib. Ah tidak, sayamenterjemahkannya menjadi bentuk syukur kepada-Nya. Sebab apa yangtelah Allah pilihkan untuk kita, tentu itulah yang terbaik. Maka,kenapa tidak memaknai rasa syukur itu dengan mengupayakan cinta,menumbuhkan dan merawatnya.Bukankah jika saat ini saya mencintaiseseorang (padahal belum ada hak saya atasnya), itu tidak tumbuhbegitu saja? Ada masa-masa, ada hal-hal, ada peristiwa yang membuatsaya mencintainya. Lalu, kenapa hal-hal itu tidak bisa ditumbuhkankepada orang yang sudah Allah pilihkan untuk saya?Tetapi, sekali lagi, betapamenyenangkan jika yang pertamalah yang menjadi pilihan, menikahdengan orang yang saya cintai, sebagaimana Fathimah yang menikahdengan Ali, sebagaimana Khadijah yang menikah dengan Muhammad.Tetapi, kalaupun akhirnya Allahmemilihkan orang yang lain, maka pilihan kedua pun bukan hal yangtidak menyenangkan. Tidak ada yang tidak mungkin. Sebab cinta memangharus diupayakan.Bagaimana dengan anda? Apakah akanmenikah dengan orang yang anda cintai, atau akan mencintai orang yanganda nikahi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar